Jumat, 06 Mei 2011

Sinopsis Episode 8 - 1 Litre of Tears

Di rumah keluarga Asou, ayah dan ibu Haruto mendiskusikan kejadian saat pertemuan orang tua murid dan obrolan tersebut sempat terhenti oleh ucapan Haruto yang berusaha membela Aya. Namun dengan dingin, sang ayah memintanya untuk tidak ikut campur.
Di sekolah, Aya lagi-lagi mengalami kesulitan saat pelajaran bahasa Inggris dan Asou hanya bisa memandangnya dengan tidak berdaya. Satu-satunya hiburan gadis itu adalah saat berada di lab Biologi dan mendengar cerita Asou, namun setelah sempat berdebat soal masa depan Aya, obrolan terhenti oleh kemunculan Shioka.
Saat sampai di rumah, Aya mendapat kejutan baru : ibunya Shioka memutuskan berhenti bekerja demi berkonsentrasi merawat Aya. Keputusan ini sudah tentu ditentang sang putri, yang langsung menuliskan kejadian tersebut di buku hariannya.
Ketidakberdayaan Aya di sekolah membuat jengkel Tomita, namun gadis itu hanya bisa terdiam ketika Asou membela Aya dan mendorongnya dengan kasar. Sementara itu demi membeli kursi roda yang lebih nyaman, Mizuo mulai berpikir untuk mengambil pekerjaan tambahan. Mendengar obrolan kedua orang tuanya, Aya merasa telah menyusahkan banyak orang.
Rasa bersalah Aya makin berlipat ganda keesokan harinya ketika ia nyaris saja terjatuh dari tangga kalau saja tidak ditolong Mari. Namun akibatnya, tangan sang sahabat yang berusaha menjaganya terluka sehingga tidak bisa mengikuti pertandingan basket di akhir minggu.
Mari dan Saki mulai merasa kehilangan harapan dalam membantu Aya, dan hal tersebut dirasakan oleh sang sahabat saat masuk ke kelas, yang suasananya mendadak hening. Sempat meminta ijin keluar, secara tidak sengaja Aya mendengar diskusi serius rekan-rekan sekelas tentang kondisinya yang dipimpin Tomita.
Dari sekian banyak murid, Aya hanya bisa terharu mendengar ucapan Asou yang tetap membelanya, sebelum kemudian pemuda itu menoleh dan terkejut melihat kehadiran Aya disana. Merasa tidak enak, gadis itu mengambil buku-bukunya dan bergerak keluar diiringi pandangan rekan-rekan sekelasnya yang merasa bersalah.
Tahu kalau hati Aya tidak keruan, Asou menawarkan untuk mendorong kursi roda gadis itu dan sambil terus terdiam, tanpa terasa keduanya berada di tengah sebuah jembatan. Aya akhirnya tidak dapat menahan tangisnya dan Asou, sahabat yang biasanya mampu memberi penghiburan, kali ini tidak bisa berkata apa-apa dan ikut menitikkan air mata.
Setelah memikirkan semuanya dengan matang, Aya memutuskan untuk meneruskan pendidikan di sekolah khusus untuk orang cacat dan memutuskan untuk menyampaikannya lewat pidato perpisahan didepan kelas. Bisa ditebak, semua yang mendengar ucapan gadis itu tidak dapat menahan tangis.
Ketika hendak pulang, Asou dan rekan-rekan sekelasnya (termasuk Mari dan Saki) mengejar Aya yang didampingi oleh Shioka. Setelah memanggil nama gadis itu, Asou mengumpulkan teman-temannya dalam barisan dan bersama-sama mereka menyanyikan lagu yang pernah dilantunkan saat kontes di sekolah dengan suasana penuh haru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...